Indonesia adalah Negara dengan
mayoritas penduduk beragama Islam yaitu sekitar 88% dari total penduduk saat
ini, atau sekitar 200 juta jiwa. Namun, belakangan umat
Muslim Indonesia berkurang secara signifikan dan konsisten. Menurut data Mercy
Mission, sebanyak 2 juta Muslim Indonesia murtad dan memeluk agama lain setiap
tahun. Jika ini berlanjut, diperkirakan pada tahun 2035, jumlah umat Kristen
Indonesia sama dengan jumlah umat Muslim. Pada tahun itu, Indonesia tidak akan
lagi disebut sebagai negara dengan penduduk mayoritas Islam dan jika pemurtadan
dari Islam ini masih berlanjut, Indonesia akan mencapai poin dimana umat
Kristen menjadi penduduk mayoritas.
Mengapa ini bisa terjadi, kita bisa
melihat dari kondisi ekososial di negara dengan penduduk sekitar 240 juta jiwa
yang sangat memprihatinkan. Banyak yang meramalkan Indonesia akan mencapai
status negara maju tidak lama lagi. Sebagai salah satu negara the Group of
Twenty (G20), pertumbuhan ekonomi di Indonesia termasuk stabil dan menuju ke
arah baik. Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2011, misalnya, menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), tumbuh sebesar 6.5 persen.
Ironisnya, angka kemiskinan masih
menghantui pertumbuhan ekonomi ini dengan jumlah penduduk Indonesia yang masih
di bawah garis kemiskinan sampai pada tahun 2011 mencapai 30 juta jiwa atau
sekitar 12 persen dari seluruh populasi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terlihat
megah di pusat negara, di Pulau Jawa, di kota-kota besar saja. Indikatornya
masih melihat pada pendapatan perkapita yang disumbangkan oleh golongan kelas menengah.
Konsekuensinya, golongan miskin seolah-olah terselubungi. Masih berjuta-juta
rakyat Indonesia yang tidak mendapat akses pendidikan, pelayanan kesehatan,
listrik, air bersih, dan fasilitas umum negara lainnya. Mereka hidup di jalanan
ibu kota, di bawah jembatan, di tepi sungai yang penuh dengan sampah. Ada pula
yang hidup di pedalaman yang tidak terjamah oleh kebijakan pemerintah. Dan
mereka inilah golongan miskin beragama Islam yang merana dan putus asa.
Akibatnya, dengan iman yang minim, keyakinan pun mudah tergugah. Hanya dengan
iming-iming kekayaan secuil, mereka akhirnya pindah agama.
Terlepas dari itu pemahaman umat Islam
terhadap agamanya pun sangat minim. Adalah sebuah fakta bahwa jumlah buta huruf
Al-Quran sangat tinggi. Di Jawa Barat saja hampir sebanyak 50 % penduduknya
yang beragama Islam buta huruf Al-Quran.
PKPU sebagai Lembaga Kemanusiaan
Nasional dan juga Lembaga Dakwah tidak tinggal diam dengan fenomena ini dan
mengambil tindakan preventif dalam arti lain diperlukan seorang PENDEKAR yang
siap untuk menebar KEBAJIKAN dan mempersiapkan kekuatan untuk menghadang
kekuatan dari misi kristenisasi tersebut. Untuk itu Program dakwah PENDEKAR
KEBAJIKAN dalam rangka menjadikan umat bisa hidup damai dalam naungan Islam
dirasa cukup tepat.
Bentuk program yang akan dilaksanakan
diantaranya :
1. Pelatihan bagi Da’i Pelosok
Program pelatihan bagi Da’i-da’i untuk
mempersiapkan diri membentuk kader-kader dakwah di daerah pelosok yang nantinya
siap terjun ke masyarakat.
2. Beadedikasi Da’i Pelosok
Program lanjutan pelatihan Da’i, sehingga
dengan pengalaman memadai Dai-da’i ditempatkan di daerah rawan aqidah. Da’i-da’i
tersebut kemudian membina kader-kader setempat guna membentuk lingkungan dengan
aqidah yang kokoh. Selama masa baktinya, Da’i-da’i terpilih akan diberi sarana
dan prasarana, serta kafalah atas dedikasinya membina ummat.
3. Pemberantasan Buta Huruf Al-Quran
Al-Quran adalah sumProgram pembinaan
serta pengajaran Al-Quran kepada masyarakat, khususnya masyarakat di daerah
rawan aqidah oleh para Da’i-da’i yang berkompeten untuk lebih dekat dengan
Al-Quran sebagai pembekalan, penjagaan dan pengokohan aqidah dan juga sebagai
upaya pemberantasan buta huruf Al-Quran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar